Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung makin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk. Peningkatan kasus ini juga berkaitan erat dengan perubahan musim/iklim, kondisi cuaca panas-hujan yang bergantian yang dapat menyebabkan populasi nyamuk penular DBD (Aedes Aegypti) meningkat sehingga dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa DBD.
Kasus DBD di Kota Kotamobagu pada tahun 2007 berjumlah 54 kasus, tahun 2008 berjumlah 33 kasus dengan 1 kematian (CFR 3,03%) dan AR 0.03% , tahun 2009 berjumlah 10 kasus dan tidak ada kematian. Pada tahun 2010 terdapat 74 kasus dengan 2 kematian (CFR 2,7%) dan AR 0,02%.
Dengan melihat gambaran kasus DBD di Kota kotamobagu 4 tahun terakhir maka di tahun 2011 perlu ditingkatkan Sistem Kewaspadaan Dini sebagai langkah antisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa DBD di wilayah Kota Kotamobagu.
Situasi kasus DBD
Situasi kasus DBD di Kota Kotamobagu pada tahun 2010 dapat dilihat pada grafik-grafik dibawah ini :
GRAFIK 1
DISTRIBUSI KASUS DBD BERDASARKAN WAKTU (BULAN)
DI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2010
GRAFIK 2
DISTRIBUSI KASUS DBD BERDASARKAN WAKTU (MINGGU)
DI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2010
Grafik 2 diatas menunjukkan bahwa peningkatan kasus dimulai pada minggu ke-5 yaitu 7 kasus dan terjadi peningkatan kasus secara signifikan pada minggu ke-6 yaitu 12 kasus dan perlahan-lahan kasus menurun pada minggu ke-8 yaitu 4 kasus sampai pada minggu ke-40. Minggu ke-42 kasus meningkat lagi menjadi 8 kasus.
GRAFIK 3
DISTRIBUSI KASUS DBD BERDASARKAN TEMPAT (WILAYAH KERJA PUSKESMAS)
DI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2010
Dari grafik 3 diatas, menunjukkan bahwa wilayah Puskesmas Gogagoman merupakan penyumbang kasus terbanyak, yaitu sebanyak 83 kasus selama tahun 2010 yang tersebar di 6 wilayah kerja Puskesmas, hal ini disebabkan karena pemukiman penduduk yang cukup padat dan merupakan pusat kota yang mempunyai mobilitas yang tinggi, kemudian disusul oleh wilayah Puskesmas kotobangon 27 kasus dan wilayah Puskesmas Upai 20 kasus hingga Puskesmas Motoboi Kecil sebanyak 14 kasus dan Puskesmas Bilalang 3 kasus.
GRAFIK 4
PERBANDINGAN KASUS DBD BERDASARKAN WAKTU
DI KOTA KOTAMOBAGU
TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010
Dari grafik 4 diatas, menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah pada tahun 2010, dibandingkan dengan tahun 2007, 2008 dan 2009.
Analisis kasus DBD
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetic, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD di setiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya factor geografik, selain factor genetic dari hospesnya. Banyak factor yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue, antara lain factor host, lingkungan dan factor virusnya sendiri. (http://www.infeksi.com/penyakit/penyakit_dhfdbd.html).
Berdasarkan pengamatan cuaca pada masa ini, dimana terjadi pola musim yang tidak beraturan, yaitu terlihat bahwa disela musim panas sering terjadi hujan local dan hujan sesaat yang memberi peluang besar bagi berkembangnya vector penyebab DBD, serta mobilitas penduduk dari dan ke suatu daerah di wilayah Kota Kotamobagu sangat tinggi sehingga berdampak pada peningkatan kasus.
Gambaran trend kasus DBD di Kota Kotamobagu seperti ditunjukan pada grafik 1, grafik 2 dan grafik 3 diatas, dipengaruhi oleh kondisi iklim dan curah hujan selang tahun 2010 dimana nyamuk aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti bak mandi / wc, tempat minum burung / ayam / babi, air tempayan / gentong, kaleng, ban bekas dan lain-lain. Perkembangan hidup nyamuk (Aedes Aegypti) dari telur hingga dewasa memerlukan waktu 10 – 12 hari dan rata-rata dapat hidup selama 8 hari. Namun selama musim hujan jangka waktu hidup Aedes Aegypti akan hidup lebih lama sehingga risiko penularan virus lebih besar yang mengakibatkan tren penyakit DBD meningkat.
Dengan merujuk pada pola trend kasus tahun 2010 ini, jika terjadi musim penghujan maka akan terjadi peningkatan kasus. Di tahun 2011 ini diharapkan setiap Puskesmas harus secara intensif mewaspadai keadaan tersebut, jangan sampai terjadi peningkatan kasus. Dengan demikian upaya penanggulangan (intervensi) kasus DBD masih terus dilakukan sebelum masa penularan terjadi yaitu menekan peningkatan populasi vector Aedes Aegypti sepanjang pola musim masih tidak beraturan.
Rekomendasi.
Adapun rekomendasi tindak lanjut yang dapat dilakukan sehubungan dengan penanggulangan kasus DBD antara lain :
1. Lebih meningkatkan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) melalui 3M-Plus secara berkesinambungan di wilayah kerjanya dengan melakukan gerakan MASSAL dan MASIF untuk mencegah peningkatan kasus DBD dan terjadinya kejadian luar biasa.
2. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE) pada setiap adanya laporan kasus Demam Berdarah Dengue, serta melakukan Abatisasi dilokasi kasus.
3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang DBD dan 3M-Plus
4. Berkoordinasi dengan Puskesmas Pembantu / Polindes / Poskesdes yang berada di wilayah kerja Saudara.
Demikian analisi kasus Demam Berdarah Dengue kami buat, kiranya dapat memberi manfaat bagi kita semua guna melakukan penanggulangan penyakit menular secara terpadu dan terus menerus.
Sri Wahyuni B.P. Mokoginta, SKM
(Kepala Seksi Surveilans Dan Imunisasi)
IBUNYA CANTIK HEHEHE..
BalasHapus